Jepara Dukung Negara Penghasil Ikan Terbesar



Pacu Inovasi Teknologi Pengolahan

JEPARA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara optimis sebagai salah satu penghasil produk perikanan terbesar di Indonesia. Langkah itu untuk mendukung pemerintah pusat sebagai penghasil perikanan terbesar di dunia pada tahun 2014 mendatang.

Untuk merealisasikan itu, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Kabupaten Jepara, Achid Setiawan, akan meningkatkan inovasi teknologi sektor perikanan darat dan laut, khususnya teknologi pengadaan bibit unggul dan teknik budi daya. Hal itu untuk mengejar target pertumbuhan produksi.

Selama empat tahun mendatang, terangnya, pemerintah pusat memacu produksi perikanan budi daya sebesar 16,89 juta ton. Bila dibandingkan tahun 2009 lalu hanya sebesar 4,78 ton, pemerintah harus menaikan produksi sebesar 353 persen. ''Bila angka itu tercapai, Indonesia akan menjadi penghasil produk perikanan terbesar di dunia. Rata-rata per tahun kami meningkatkan 30 persen," jelas Achid.

Tahun ini, lanjutnya, Dislutkan telah berupaya meningkatkan pertumbuhan produksi perikanan. Termasuk memberikan ribuan bibit ikan kepada masyarakat di Kecamatan Donorojo, Nalumsari, Pakis Aji, Bangsri, Jepara, dan Kedung. "Sebanyak 260 ribu bibit ikan dengan berbagai jenis, seperti patin dan nila kepada kelompok nelayan" paparnya.

Selain itu, tambahnya, diperlukan upaya meningkatkan inovasi teknologi tentang teknik budidaya, misalnya, teknologi pengadaan bibit atau benih ikan patin, ikan nila dan lainnya serta teknologi budi daya rumput laut yang lebih efisien. "Rumput laut yang akan dikembangkan di pesisir Jepara seperti alginat, agar-agar dan keragian sudah mulai berkembang," tegasnya.

Sementara itu, teknologi pengemasan atau pendinginan juga perlu ditingkatkan untuk mempertahankan kualitas. Peningkatan pengemasan yang menarik, maka ikan-ikan tersebut akan memiliki nilai jual yang tinggi. (zen/ris)/www.ilovejepara.com

Sumber : Jawapos,


BUDIDAYA RUMPUT LAUT KARIMUNJAWA BELUM OPTIMAL

Secara geografis karimunjawa merupakan wilayah kepulauan dengan potensi sumberdaya hayati yang melimpah. Menurut sumber data bahwa luas perairan yang potensial untuk pengembangan perikanan budidaya pada 4 pulau yaitu Karimunjawa, Kemujan, Parang, dan Nyamuk mencapai 7.100 Ha, dimana sekitar ≥ 80% layak untuk pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cottoni. Rumput laut merupakan komoditas perikanan budidaya yang bernilai ekonomis tinggi dengan peluang pasar yang luas baik nasional maupun orientasi eksport dan dapat dibudidayakan secara masal.

Pengembangan rumput laut di Karimunjawa tidak terlepas dari peran figure seorang guru SD yang bernama Abdul Azis. Bermula dari support yang diberikan Dinas P&K Kabupaten Jepara lewat program Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang membatu pendanaan untuk pemberdayaan masyarakat pesisir melalui kegiatan usaha budidaya rumput laut. Perannya sebagai guru sekaligus merupakan pionir kegiatan usaha budidaya rumput laut di Karimunjawa mampu mengantarkan kelompok “Bintang laut“ yang ia gawangi menjadi juara nasional pada tahun 2005. Abdul azis menyatakan sampai saat ini jumlah total pembudidaya yang tergabung dalam kelompoknya mencapai 380 pembudidaya yang tersebar di tiga Desa yaitu Karimunjawa, Pulau Nyamuk dan Pulau Parang dengan total produksi pada puncak musim tanam mencapai 60-100 ton kering/bulan dengan harga saat ini ditingkat pembudidaya sekitar Rp.7.500,-. “Sejauh ini kami mencoba konsinten untuk melakukan kegiatan budidaya rumput laut karena usaha ini sudah menjadi bagian penting mata pencaharian masyarakat Karimunjawa, selain itu permintaan pasar sudah jelas melalui PT. Indo carrageen”, tutur Azis. Ditanya mengenai permasalahan, beliau mengatakan hanya kendala penyakit musiman Ice-ice adapun kendala hama lumut sudah mampu diantisipasi lewat inovasi yang dilakukan anggotanya. Azis menambahkan bahwa masalah permodalan merupakan factor penting dalam rangka melakukan pengembangan lahan.
Belum optimal

Ditambahkan dia, saat ini jika dibandingkan dengan potensi lahan budidaya yang ada, lahan budidaya yang termanfaatkan untuk budidaya rumput laut masih terbilang kecil yaitu kurang dari 25%. Kondisi ini tentunya merupakan peluang sekaligus tantangan ke-depan dalam meningkatkan tingkat pemanfaatan lahan dan peningkatan kapasitas produksi. Selama periode tahun 2009 total produksi baru mencapai 360 ton dengan nilai jual mencapai 3,25 Milyar. Nilai ini tentunya akan mampu ditingkatkan mengingat potensi masih sangat besar. Sebagai gambaran bahwa untuk mendirikan sebuah pabrik pengolah karaginan skala menengah paling tidak dibutuhkan bahan baku rumput laut kering minimal 100 ton/bulan secara kontinyu. Saat ini hasil produksi rumput laut masih dieksport dalam bentuk gelondongan sehingga posisi tawar masih rendah.

Cocon,S.Pi Pendamping Teknologi DKP disela-sela memantau pengiriman hasil produksi rumput laut milik kelompok “Bintang Laut” Karimunjawa di Pelabuhan Kartini, mengatakan bahwa Karimunjawa masih membutuhkan penataan dalam hal kelembagaan baik kelompok, lembaga penunjang maupun pola rantai distribusi pasar. Kendala minimnya pemanfaatan lahan maupun kapasitas produksi akan mampu diantisipasi salahsatunya melalui penerapan centraliasai kawasan secara terintegrasi atau yang lebih dikenal dengan system kluster. “Langkah awal yang perlu dilakukan pihak pemerintah daerah adalah melakukan kajian terhadap indicator-indikator pendukung pola pengembangan, untuk kemudian dilakukan pemetaan terhadap unit-unit usaha pendukung budidaya rumput laut yang berpotensi untuk dikembangkan di Karimunjawa”. “ Saya rasa kalo masalah pendanaan yang menjadi permasalahan, jika ada komitmen dan konsep yang jelas, pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan akan merespon dengan baik seperti halnya yang telah diterapkan di Kabupaten Dompu NTB pada penerapan kluster rumput laut, tuturnya.

sumber :suara merdeka 

Powered by Blogger